Pindahnya PB Alwashliyah

MEDAN - Anggota Pleno PW Al-Washliyah Sumut Drs H.Hasyim Syahid mengemukakan, pindahnya PB Al-Washliyah ke Jakarta merupakan hasil Keputusan Muktamar Al-Washliyah, bukan karena kebijakan Presiden Soeharto.

"Jadi salah besar kalau Arifin Ismail yang Direktur Buletin Ista'id itu bilang kalau Pengurus Besar Al-Washliyah ke Pusat ( Jakarta ) atas kebijakan Presiden Soeharto dan menurut saya Arifin yang Phil itu tidak mengerti organisasi apalagi Al-Washliyah,"kata Hasyim Syahid, tadi malam.
M.Arifin Ismail bersama H.Zulfikar Hajar beserta masyarakat lainnya yang menamakan dirinya sebagai tokoh islam belum lama ini memberikan keterangan di berbagai media bahwa Markas Besar Al-Washliyah kembali ke Medan dengan alasan di Jakarta PB Al-washliyah bagai benalu, tidak punya massa bahkan menyebutnya di Jakarta tidak ada ulama Al-Washliyah.
Menurut Hasyim Syahid yang juga Ketua MUI Medan dan IPHI Sumut tersebut,salah satu alasan kesepakatan Al-Washliyah ‘dihijrahkan' ke Jakarta agar lebih bisa mengembangkan diri di Pusat pemerintahan dan agar Al-Washliyah lebih menasional bersama dengan Ormas Islam lainnya."Tidak benar Al-Washliyah bagai benalu dan tidak punya massa serta tidak punya ulama di Jakarta, jadi Arifin Ismail tidak punya hak untuk mengurus rumah tangga Al-Washliyah dan saya sarankan urus dan kembangkan saja Istaid buletin dakwah itu lebih baik,"kata Hasyim
Dia meminta agar Ismail melihat ke Pusat bahwa NU mekipun lahir di Jatim maupun Muhammadiyah meskipun lahir di Jogya, akan tetapi markas besarnya tetap berada di Jakarta,bahkan Gusdur tetap berkantor di Jakarta .
Hasyim malah mempertanyakan, sikap-sikap yang dilakukan oleh Arifin Ismail dan sejumlah orang yang menamakan dirinya sebagai ‘tokoh Islam' dan menduga kelompok tersebut ingin ‘numpang pamer' serta akan memecah belah kekuatan yang dimiliki oleh Al-Washliyah di Indonesia ini dengan maksud-maksud tertentu.

Hasyim Syahid juga menjelaskan bahwa hingga hari ini Al-Jam'iyatul Washliyah tetap berpegang kepada Khittah dan wijhahnya dan tetap berpegang pada pembinaan ummat melalui pendidikan,dakwah dan amal sosial sesuai dengan AD/ART Al-Washliyah.
Dia juga membantah keras kalau Arifin dengan sesumbar menyebut tidak adanya ulama Al-Washliyah di Jakarta, padahal tidak sedikit ulama-ulama dan intelektual serta kader Al-Washliyah yang berperan di Jakarta seperti Prof Dr H.Muslim Nasution Guru Besar UIN Jakarta yang juga mantan Konjen Haji Indonesia di Saudi, KH Ridwan AR Lubis, DR.H.Yusnar Yusuf,DR Daudsyah Rasyid Sitorus DR H.A.Rahman Dahlan, Drs H.Lukman H.Hasibuan serta sejumlah tokoh-tokoh dan ulama Al-Washliyah.
"Bahkan sejak dulu ada abah Yunan Helmi, OK.Abdul Azis (alm) dan lainnya, jadi bohong besar kalau ulama Al-Washliyah tidak ada di Jakarta, Cuma saja mungkin karena Arifin tidak kenal Al-washliyah lantas bilang tidak ada ulama Al-washliyah di Jakarta,"kata Hasyim yang juga mantan Kakandepag Labuhanbatu tersebut.
(dat04/wsp) Sumber Waspada online